Bekas Rumah Sakit (Episode 4): Kamar Mayat

Posted by

Tidak ada jalan keluar lagi. Mau atau tidak, ia harus menerobos kerumunan orang misterius itu. Sambil berlari, Udin berteriak sekencang yang ia mampu. Ia berharap ada seseorang di luar sana yang mendengarnya.

Sayangnya, Udin tidak bisa menerobos orang-orang yang berpakaian medis itu. Kedua lengannya di cengkaram oleh empat orang yang entah siapa. Ia pun tak berani menatap wajah mereka.

Kamera Udin jatuh di lantai. Sementara dirinya justru diseret paksa oleh segerombolan orang tersebut. Ia berteriak. Jemarinya mencoba mencakar lantai, tapi itu sia-sia. Tubuhnya tetap diseret entah dibawa ke mana.

Masih di malam yang sama, dua lelaki yang wajahnya ditutupi cupluk hitam mengendap masuk ke dalam rumah sakit. Sudah jelas mereka adalah orang-orang bodoh yang berani mencuri barang di rumah sakit itu. Keduanya sama-sama berbadan kurus-tinggi. Mereka membawa tas yang di dalamnya ada sebuah karung besar untuk mengangkut barang.

“Ron… Roni!” desis Daman.

“Apa?” Daman menoleh ke temannya.

“Gila ini rumah sakit. Pasti banyak banget barang berharganya.”

“Iya, Ron. Mana nggak ada penjaganya lagi. Makin bebas kita malingnya.”

“Tapi, Man. Katanya, ini rumah sakit angker banget.”

“Halah, jangan percaya sama begituan. Setan yang harusnya takut sama kita. Lihat aja kalau ada penampakan, gua tonjok sekalian setannya,” kata Daman dengan sombong.

Mereka bergegas masuk ke dalam rumah sakit. Dengan terburu-buru dan serakah, mereka memasukkan barang-barang yang sekiranya masih laku dijual. Kemudian mereka naik ke lantai dua. Roni dan Daman berpencar menyisir setiap ruangan.

Cahaya senter milik Roni tidak sengaja menyorot sebuah kamera yang tergeletak di lantai. Roni menoleh ke sekeliling. Ia curiga ada seseorang di gedung ini. Ia menghamiri kamera itu, tampak masih menyala dan sedang merekam.

Ia mencoba mengutak-atik hendak memutar ulang apa saja yang telah direkam kamera itu. Tapi, dia ternyata tidak bisa mengoperasikannya. Saat Roni sedang memijat sembarang tombol kamera, tiba-tiba dari layar kamera yang masih merekam itu menangkap anak perempuan yang berdiri di hadapannya.

“Bangsat! Ngagetin aja!”

Anak itu menangis. Dari perawakannya, ia sepertinya berumur lima tahunan. Rambutnya sebahu dan berponi. Ia mengenakan baju warna pink dan celana cokelat. Sementara sandalnya bermotif tokoh kartun Dora.

Roni curiga. Jangan-jangan anak kecil itu setan. Pelan-pelan ia mendekatinya. Disentuhnya pundak anak itu. Ternyata pundaknya memang bisa disentuh. Roni mengembuskan napas lega. Ini pasti anak yang nyasar, pikir Roni.

“Kamu kok malam-malam ada di sini?”

“Ibuku…,” katanya sambil menangis.

“Ibumu ke mana?”

Anak kecil itu tidak menjawab. Ia hanya mengulang kata ‘ibuku’ berkali-kali. Itu membuat Roni bingung harus berbuat apa. Pikirnya, anak ini tidak mungkin setan karena tubuhnya dapat ia sentuh.

Tapi yang menjadi pikirannya, entah bagaimana anak itu bisa ada di gedung ini. Roni tidak mau ambil pusing. Tanpa memedulikannya, Roni masuk ke ruang operasi meninggalkan bocah perempuan itu. Ia lalu memilah barang yang sekiranya berharga untuk dijual.

Sementara itu, Daman yang sedang berada di ruangan dokter gigi menjarah barang-barang yang ada di sana. Dia bahkan mengambil monitor komputer beserta CPU-nya. Karung yang dibawa Daman sudah hampir penuh. Ia berdecak kesal, padahal masih banyak barang-barang yang ingin ia bawa.

Setelah karungnya penuh, ujung karung itu diikat dengan tali. Ia lalu memikulnya di bahu. Namun, saat hendak keluar ruangan, sebuah gigi jatuh dari langit-langit menimpa kepalanya. Daman mendongak ke atas. Ia menurunkan karung dari bahunya ke lantai.

Diperhatikanya sebuah lubang di langit-langit ruangan itu. Lagi, dua gigi geraham jatuh menimpa wajah Daman. Tidak lama berselang, banyak sekali gigi yang jatuh berhamburan dari atas.

Daman berteriak ketakutan. Namun, ketakutan itu justru kian bertambah. Ia melihat sesosok mengerikan merayap di dinding. Sosok itu mendekatinya perlahan. Sialnya, tidak ada jalan keluar. Pintu terkunci rapat dengan sendirinya.

“Roni!”

Teriakan Daman melengking dan memantul terdengar dari ruangan itu. Setelahnya, suara Daman lenyap tidak terdengar lagi.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *